Tanggung Jawab
Tanggung Jawab
Adil
atau tidak adil tergantung bagaimana orang mengartikannya. Seseorang bertindak
sesuai hukum ataupun melawan hukum ketika melakukannya secara sengaja, ketika bertindak secara tidak sengaja itu
karena hal yang tidak terduga, karena ia tidak menyadari yang dilakukannya sesuai
hukum atau melawan hukum. Suatu tindakan dapat dikatakan sesuai hukum atau
melawan hukum dapat ditentukan dari kesengajaan ataupun ketidaksengajaan, ketika tindakkan sengaja itu disalahkan, dan
pada saat yang sama merupakan tindakan yang melawan hukum maka akan ada sesuatu
yang tidak adil tapi belum merupakan tindakan yang melawan hukum, ini terjadi
jika kesengajaan tidak terjadi. Kesengajaan
yang saya maksud seperti yang saya katakan sebelumnya, adalah yang dilakukan
dengan kemauan pribadi yang dilakukan dengan pengetahuan, yaitu bukan karena
ketidaksadarannya atau cara lain yang digunakan untuk mencapai tujuannya
(misalnya memaksa seseorang untuk mencapai tujuannya) , perilaku yang dilakukan
secara sadar dan tanpa paksaan ( misalnya : A menarik tangan B, bersamaan
dengan itu C menyerang , B tidak dapat berbuat apapun. Orang yang terkena serangan mungkin adalah
ayah si penyerang, tetapi penyerang itu tidak tahu kalau yang diserangnya itu
adalah ayahnya. Ada persamaan dari kasus yang berbeda yang terdapat pada akhir
kasus, dan berkaitan dengan seluruh kejadian. Oleh karena itu yang dilakukan
secara tidak sadar diluar kemampuan pelaku atau dilakukan secara terpaksa
adalah ketidaksengajaan(pada proses alami sekalipun kita mengetahui suatu
tindakan sengaja atau tidak sengaja misalnya kelahiran dan kematian) . Tetapi
dalam kasus ketidaksengajaan , seseorang diluar keinganannya harus memberikan uang dan dibawah ketakutan, tidak boleh
memberitahukan kepada yang lain kecuali dalam hal tak terduga. Kesengajaan
dilakukan karena sebuah keinganan, terkadang
juga bukan karena keinganan; yang dilakukan dengan keinginan dilakukan
dengan pertimbangan. Sedangkan yang tidak diinginkan dilakukan tanpa
pertimbangan terlebih dahulu. Ada tiga hal yang terjadi antara dua orang pria ,
yang terjadi karena ketidaksadarannya adalah kesalahpahaman ketika seseorang
bertindak, tindakannya, dan objeknya, yang pada akhirnya untuk mencapai tujuan
dari pelaku; pelaku mengira bahwa ia tidak memukul siapapun atau tidak melempar
apapun kepada seseorang sampai saat ini, tetapi yang terjadi diluar yang
dipikirkannya (misalnya : dia melempar sesuatu bukan untuk melukai tapi hanya
untuk mengancam) , atau seseorang memukul atau melempar sesuatu bukan pada yang
ditujukannya. Oleh karena itu ketika (1) luka yang terjadi bertolakbelakang
dengan sesuatu yang diharapkan, itu adalah sebuah kecelakaan , (2) bukan
merupakan sesuatu yang wajar, tetapi bukan merupakan kejahatan,( ketika
seseorang melakukan kesalahan dan berasal dari dirinya sendiri tetapi korbannya
berada di luarnya ). (3) Ketika bertindak secara sadar tetapi tanpa
pertimbangan, ini merupakan suatu perbuatan melawan hukum misalnya bertindak karena kemarahan ataupun sifat
alami seorang pria, yaitu saat seorang pria melakukan perbuatan yang berbahaya
dan merupakan suatu kesalahan mereka melakukan suatu perbuatan melawan hukum,
tetapi pelaku belum dikatakan bersalah atas keadaan yang terjadi. Tetapi (4)
ketika seseorang melakukan sesuatu karena keinginannya , dia dikatakan orang
yang melanggar hukum dan bersalah.
Oleh
karena itu suatu tindakan yang berasal dari kemarahan tetapi bukan suatu maksud
jahat, kejahatan yang berasal karena sesorang yang dalam keadaan marah .
Permasalahan hukum adalah melihat bagaimana kemarahan itu dapat terjadi. Bagi
mereka yang memperdebatkan suatu peristiwa hukum, seperti pada transaksi
perdata dimana salah satu dari dua pihak berniat jahat, sampai mereka sepakat
tentang pelunasan hutang; pada akhirnya mereka menyetujui wilayah hukum yang
akan mereka tentukan yaitu ketika salah satu dari mereka merasa diperlakukan
tidak adil atau adanya perselisihan.
Ketika
seseorang membahayakan orang dengan kemauannya, dia melakukan perbuatan melawan
hukum, dimana pelakunya dapat dikatakan seseorang yang melawan hukum, asalkan
perbuatannya tersebut dikatakan pelanggaran. Sehingga dengan demikian seseorang
bertindak sesuai hukum hanya karena itu sebuah pilihan, tetapi dia mematuhi
hukum secara sukarela.
Perbuatan
yang dilakukan sengaja sebagian dapat dimaafkan, dan sebagian lagi tidak.
Kekeliruan yang dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar dapat dimaafkan, ketika
dia dapat membuktikan bahwa yang dilakukannya itu dalam ketidaktahuaannya,
sesuatu yng dilakukan karena keinginan dan merupakan sifat alami manusia dapat
diminta pertanggungjawabannya dan tidak dapat dimaafkan.
KEGILAAN
Pertanyaan 1 :
Bagaimana pendapat hukum terhadap kejahatan yang terjadi dimana pelakunya
adalah seseorang yang mengalami sakit jiwa merupakan suatu subjek hukum yang
khusus : seperti misalnya pada saat yang sama pelaku kejahatan tahu bahwa dia
melakukan perbuatan yang melawan hukum tapi dia beralasan dengan pandangan
bahwa dia dalam keadaan sakit jiwa, atau sedang dalam penanganan suatu penyakit
atau melakuakannya dengan dasar kepentingan umum?
Jawaban 1 : Dengan
asumsi tentang penguasaan, pertanyaan hanya dibatasi pada orang yang berada
sedang sakit jiwa,bukan orang yang gila hormat. Kami berpendapat bahwa
tersangka yang memberikan alasan bahwa dia dalam keadaan sakit jiwa, atau
sedang dalam penanganan suatu penyakit atau melakuakannya dengan dasar
kepentingan umum, orang tersebut dapat dihukum, mengacu pada pengertian hukum,
jika seseorang sadar saat ia melakukan suatu perbuatan melawan hukum.
Pertanyaan 2 : Apa
pertanyaan yang tepat yang diajukan hakim ketika seorang terdakwa diduga
bersalah berada dalam pengaruh sakit jiwa berkenaan dengan satu tuduhan
kejahatan ( misalnya pembunuhan) , dan kegilaan dijadikan alasan pembelaam.?
Pertanyaan 3 : Dalam
keadaan apa pertanyaan yang diberikan seorang hakim kepada seorang terdakwa
saat melakukan kejahatan tersebut.
Jawaban 2 dan 3 : Untuk
menjawab kedua pertanyaan tersebut, kita harus menempatkan bahwa hakim
beranggapan kedua pelaku dalam keadaan yang sehat pikiran, untuk mengetahui
tanggung jawab hokum dari pelaku, sampai para pelaku dapat memberikan
pembelaannya, dan membuktikan penyakit jiwa yang dialami pada saat melakukan
kejahatan, pelaku berada dalam keadaan sebagaimana alas an yang dikemukan
berada dalam keadaan sakit jiwa dan tidak menyadari perbuatan yang dilakukan,
atau dia sadar tapi tidak tahu bahwa perbutan tersebut adalah salah. Metode
terakhir adalah pertanyaan yang diajukan hakim kepada terdakawa bahwa ia
melakukan perbuatan tersebut mengetahui perbedaan antara yang benar dan salah,
bagaimana hakim dapat menentukan kesalahan secara pasti sesuai dengan
keterangan para pihak sesuai dengan perbuatan yang dilakukannya. Jika
pertanyaan diajukan sesuai dengan keterangan terdakwa secara khusus sesuai
dengan hukum yang berlaku, maka cenderung akan membingungkan hakim, yang
menyebabkan kepercayaan tentang kebenaran hukum yang berlaku sesuai dengan
kenyataan, bahwa setiap orang sadar terhadap tindakan yang dibuatnya tanpa
harus membuktikannya terlebih dahulu. Jika pelaku secara sedar mengetahui
tindakannya salah, dan bertentangan dengan hukum yang berlaku , maka pelaku
akan dinyatakan bersalah. Serangkaian ini diserahkan kepada hakim mengenai
pembelaan yang dilakukan pelaku apakah dia bersalah, kita yakin bahwa itu benar
bersalah sesuai dengan observasi dan penjelasan sesuai dengan kejadian yang
terjadi.
Pertanyaan 4 : Jika seseorang
mengalami sakit jiwa saat melakukan kejahatan, apakah pelaku akan diampuni?
Jawaban 4 : Tentu saja
akan diampuni, tergantung jenis dari sakit jiwa yang dialami, tetapi dengan
anggapan kita sebelumnya bahwa sakit jiwa tersebut sesuai dengan pemahaman yang
kita maksudkan, dan pelaku harus bertanggungjawab atas perbuatannya. Jika
seseorang membunuh seseorang yang lain yang sebagai usaha untuk membela diri,
maka hukumannya akan diabaikan.
ALASAN PEMAAF
Alasan
pemaaf sebagai subjek dari bab ini, bukan untuk diberlakukan tetapi untuk
menjelaskan batasannya. Ini merupakan suatu bagian dari sebuah filosofi. Saya
akan mencoba untuk menjelaskan mengapa subjek ini pantas untuk dipelajari, dan
bagaimana cara mempelajarinya, saya akan menggambarkan sesuai dengan pemahaman,
beberapa metode yang digunakan, batasan-batasannya, dan beberapa pengertian dan
pengetahuan untuk dipelajari. Saya akan menjelaskan tentang subjek yang saya
katakan, mampu membuat saya memikirkan filosofi apa yang digunakan, dan membuat
suatu penemuan, tentang kerjasama dan apa tujuan terjadinya persetujuan.
Apa
yang menjadi pokok pembahasan? Saya disini menggunakan kata “pemaafan” sebagai
judul, tetapi menjadi tidak bijak untuk membatasi kata ini, bahkan terkadang
saya menggunakan “pelunakan”. Tetap “pemaafan” adalah isitilah yang sering
digunakan walaupun ini termasuk hal lain yang penting seperti “dalih”,
“alasan",”pembelaan” dan yang lainnya. Oleh karena itu kapan kita
menggunakan alasan pemaaf?
Pada
umumnya, ketika seseorang dituduh melakukan sesuatu, atau ketika seseorang
dikatakan melakukan sesuatu yang salah, tidak wajar, tidak diharapkan, atau
segala sesuatu yang tidak baik. Melakukan sendiri, atau orang lain melakukan
untuk kepentingannya, akan mencoba untuk membela diri atau keluar dari keadaan
itu.
Satu
cara untuk mengetahui secara tegas bahwa X tidak melakukan sesuatu hal yang
salah adalah membuktikan bahwa perbuatan tersebut adalah benar, atau dilakukan
secara sadar atau merupakan perbuatan yang diperbolehkan, baik secara umum,
paling tidak pada keadaan atau peristiwa khusus. Untuk membatasinya adalah
dengan cara mencari pembenaran tentang perbuatan tersebut, memberikan alasan
kenapa melakukannya, dan tidak malu untuk mengakui, harga diri, atau
sejenisnya.
Cara
lain untuk membuktikan bahwa seseorang tidak melakukan suatu perbuatan yang
salah, adalah dengan membantah itu tidak adil atau secara terang-terangannya
mengatakan bahwa X melakukan tindakan (A). kita dapat mengatakan ini tidak adil
menuduh X melakukannya karena bias saja berada dalam pengaruh atau tekanan dari
seseorang lain. Atau tidaklah adil mengatakan secara terang-terangan seseorang
melakukan suatu tindakan(A) yang mungkin
saja terjadi karena ketidaksengajaan atau kebetulan. Atau dia sedang melakukan
sesuatu yang lain, tetapi malah tindakan(A) yang terjadi. Tentu saja alasan ini
dapat digabungkan atau saling melengkapi.
Pada
pembelaan ini, secara singkat dapat kita menerima suatu tanggung jawab tapi
mengeyampingkan bahwa tindakan itu salah, atau tidak mengakui secara penuh
bahwa tindakan itu salah dan tidak menerima tanggungjawabnya.
Pada
umumnya alasan pembenaran berbeda dengan alasan pemaaf, dan saya sangat cemas
untuk membahas tentang keduanya karena sudah lebih menikmati perbedaannya
daripada pengertian secara filosofis. Tetapi keduanya sangat membingungkan
terlihat sangat dekat walaupun sebenarnya tidak. Kamu menjatuhkan nampan teh
karena dalam keadaan gugup, atau tiba-tiba disengat lebah. Setiap pembelaan
adalah masuk akal, menggambarkan secara jelas tentang kejadian, tetapi yang
pertama adalah alasan pembenaran dan yang kedua adalah alasan pemaaf. Jika objek adalah menggunakan seperti kata
yang tidak baik seperti”pembunuhan” , ini mungkin saja pembunuhan terjadi dalam
suatu pertarungan(yang diperbolehkan) atau sesuatu karena kelalaian yang dapat
dimaafkan. Dapat disangkal bahwa kita tidak menggunakan istilah “pembenaran” atau
“pemaafan” kita mungkin menggunakan istilah lain yang kurang jelas seperti
“pembebasan dari kesalahan” “peringanan, “kelonggaran”, isitilah yang
mengambang bias dikatakan alasan pembenaran atau alasan pemaaf. Kita mengakui
bahwa ada ketidakjelasan dan ambigu , apakah seseorang bertanggunggjawab
sebagian, karena tindakan itu berasal dari hasrat, nafsu keinginan saya,
padahal bukan saya yang bertindak langsung. Atau seseorang membuat saya
mengalami cedera, kemudian saya membalasnya(sebagai alasan pembenaran)? Keraguan
tersebut membuat jelas penggunaan kedua isitilah tersebut. Tapi itulah pendapat
yang saya gunakan tentang “alasan pembenaran” dan “alasan pemaaf” adalah asas
berbeda dan tidak mungkin diragukan.
Kemudian
dalam beberapa situasi kita menentukan yang dapat dimaafkan, saya lebih lanjut
bagaimana luasnya pengertiannya. Seperti alasan-alasan yang memperburuk keadaan
seperti kesengajaan dan perencanaan, dan lain-lain, jika hanya digunakan
sebagai bentuk alasan pembelaan. Tetapi kita juga dapat melihat yang bias
dikatakan dapat dimaafkan seperti “kecanggungan” “kesembronoan” dan sejenisnya.
Karena itu kita harus mengingat beberapa hal yang dapat dimaafkan, batasan yang
dapat dimaafkan, karena dalam suatu situasi, alasan yang digunakan dapat
membuat masalah semakin besar. Jika saya memecahkan piring anda, atau merusak
percintaan anda, mungkin pembelaan yang saya lakukan adalah sesuatu yang
janggal.
Kenapa,
jika ini merupakan sesuatu yang dapat dimaafkan, apakah menjadi masalah jika
kita memeriksanya? Mungkin dianggap sebagai alasan yang jelas bagi sebagian
besar orang. Tetapi bagi filsafat moral secara khusus mempelajarinya akan
menghasilkan suatu jalan khusus, secara positif meningkatkan kehati-hatian,
tingkah laku yang lebih modern, dan secara negative memperbaiki pemahaman yang
lama dan teori hastier.
Dalam
pendekatan etika, saya mengira bahwa yang buruk dan yang baik, yang benar dan
yang salah memiliki hubungan dengan tingkah laku atupun perbuatan. Sebelum kita
mempertimbangkan perbuatan mana yang baik dan buruk, dan yang lain yang
termasuk , lebih baik kita mempertimbangkan apa yang dimaksud dengan tidak
melakukan atau melakukan sesuatu perbuatan.
Ungkapan ini terlalu sederhana untuk dibahas sesuai cirinya, seperti
ungkapan umum “mengatakan sesuatu” adalah terlalu mudah untuk diterima logika.
Merupakan sesuatu yang rancu tetapi menggembirakan, walaupun begitu pada
analisis yang terakhir, melakukan sesuatu haruslah bergerak secara fisik dengan
anggota tubuh;tetapi ini tentang sesuai dengan apa yang dikatakan, analisis
terakhir adalah melakukan pergerakan dari lidah.
Pemikiran
awal bukan untuk mengetahui pengertian “melakukan sesuatu” dalam filosofis,
adalah ungkapan yang abstrak yang sering digunakan untuk subjek perseorangan,
dalam hal yang sama “sesuatu” diganti dengan kata benda, dan diganti dengan
kata sifat. Tidak seorangpun yakin, bergantung pada sesuatu hal salah yang
tidak terbatas. Sebelum berkembang memungkinkan untuk memperoleh ide untuk
menyederhanakan arti “tindakan”. Cara yang sama, kurang diakui secara umum,
kita terpaku pada mitos dari pengertian kata tersebut. Kita mengartikan
“melakukan sesuatu” tidak lagi sebagai pengganti tindakan pada perseorangan,
seperti tidak ada keraguan pada penggunaan biasanya, dan mungkin akan
memperluas pengertiannya jika tidak dipersempit, menjadi pengertian sendiri,
pengertian dasar, akan membawa kepada pemikiran yang terbuka kepada tinjauan
yang sederhana. Kita jarang melihat suatu pengecualian yang nyata atau
kesulitan ( berpikir sesuatu, mengatakan sesuatu, mencoba melakukan sesuatu,
mekakukan tindakan?) yang lain membuat kita resah, dalam “ivresse des grandes
profoundeurs” apakah menghasut adalah
sesuatu tindakan. Kita akan berpikir
mengenai perilaku kita setiap saat, dan hidup adalah melakukan sesuatu,
sesuatu yang lainnya, sesuatu yang lainnya dan begitu seterusnya., di tempat
lainpun orang-orang berpikir yang sama. Semua tindakan, adalah sebuah tindakan
(artinya apa?) sama seperti memenangkan sebuah pertengkaran, memenangkan
pertempuran dengan bersin : lebih buruk lagi, kita menggabungkan menjadi satu,
dan menurut dugaan dan kejadian kecil, seperti membuat surat atau menggerakkan
jari, sama seperti kita memahami “sesuatu” menjadi kuda atau tempat tidur.
Jika
kita tetap menggunakan istilah ini dalam filosofi bijaksana, kita harus
mempertanyakan : apakah bersin merupakan sebuat tindakan? Apakah bernafas,
melihat, menskakmat, dan yang tak terhitung lainya? Oleh karena itu tergolong mana “melakukan
sesuatu” digunakan sebagai kata ganti? Apa yang mereka gunakan pada umumnya dan
pengecualian kekurangan masing-masing? Kita harus bertanya bagaimana menentukan
istilah yang tepat dalam penggunaan kata “tindakan” yang seseorang lakukan,
aturan mengenai suatu tindakan, sebagian dari tindakan, atau tindakan yang
serupa. Lebih lanjut untuk mengetahui secara sederhana apa itu tindakan, adalah
secara pasti membuat pergerakan secara fisik, dan untuk bertanya lebih,
kemudian berasal dari (niat?, kebiasaan?) dan apa yang tidak (motif?), dan apa perincian yang rumit kita gunakan
dalam “bertindak” dapat diterima akal pikiran, pemahaman tentang situasi, asas
yang berlaku, perencanaan, pengawasan pengerjaan, dan selebihnya.
Dalam
dua pola pikir utama tentang pengampunan dapat memberi titik terang pada
permasalahan mendasar. Pertama, meneliti pengampunan adalah mempelajari kasus
dimana ada sesuatu yang tidak biasa terjadi, atau kegagalan; sesuatu yang tidak
biasa akan membawa pencerahan, akan membantu kita lebih memahami sesuatu yang
terselubung dari sesuatu yang nyata tapi menyembunyikan mekanisme tindakan yang
sempurna. Itu secara cepat menjelaskan perbedaan yang disebabkan berbagai
bentuk pengampunan yang mempengaruhi bagian-bagian berbeda dari setiap kelompok,
yang kita digunakan biasanya. Lebih lanjut setiap kekeliruan yang muncul
terjadi dalam hubungan dengan segala sesuatu yang disebut “tindakan” yang tidak
semua pengampunan secara tepat dengan pengertiannya sesungguhnya. dan ini
memberikan pengertian awal dari beberapa klasifikasi menjadi perluasan makna
dari “tindakan”. Jika kita membaginya menurut tanggungjawab, ini akan
menempatkannya menjadi beberapa pengertian dari tindakan.
Dalam
semacam cara dalam ilmu filosofi tentang tingkah laku, dapat dimulai dengan
pemikiran yang positif. Tetatif, pi omong-omong dan lebih negatifnya sejumlah
kesalah dapat diatasi dan dihapus. Pertama adalah masalah kebebasan. .
Sementara itu merupakan suatu tradisi untuk menghadirkan sebagai isitilah
“positif” membutuhkan penjelasan, ada sedikit keraguan untuk mengakatakan kita
bertindak “bebas” dalam arti filosofis, dimana sedikit berhubungan dengan
penggunaan (secara umum) yang berarti kita tidak bebas dalam bertindak, atau
dengan kata lain ada beragam bentuk dari tindakan (paksaan, larangan). Seperti
“kenyataan” “bebas” adalah untuk
mengesampingkan atau sebuat anti tesis. Pada kenyataannya bukan merupakan
karakteristik dari paksaan, jadi “kebebasan” bukan karakteristik dari sebuah tindakan,
tapi sebuah istilah untuk dimensi dimana sebuah tindakan dinilai. Dalam
mempelajari semua cara dimana setiap tindakan tidaklah bebas, misalnya dalam
kasus dimana kita dapat mengatakan “X melakukan tindakan(A)” kita berharap
dapat menyelesaikan masalah kebebasan. . Aristoteles sering berbicara tentang pengampunan
atau pemaafan dan menghadapi masalah yang sebenarnya; dalam pandangan saya
ketika saya memulai melihat perbuatan melawan hokum dimana saya pertama menjadi
tertarik dalam masalah pengampunan.
Banyak
cara yang digunakan untuk menggambarkannya, sebagian dari tradisi filosofis.
Tanggungjawab menjadi calon yang tepat untuk mengartikan kebebasan. Jika bahasa
sehari-hari adalah acuan kita untuk menghindari tanggungjawab, atau
tanggungjawab penuh maka kita akan sering menggunakan pengampunan, dan saya
menggunakan istilah tersebut. Tetapi dalam kenyataannya “tanggungjawab”
kelihatannya tidak tepat dalam semua kasus. Saya tidak harus menghindari
tanggungjawab ketika saya melakukan pembelaan karna kecanggungan, atau
pembelaan karena saya melakukan tanpa kenginan dan sedikitnya saya melakukan
pembelaan karena dalam keadaan tidak ada pilihan lain; disini saya dalam
keadaan terpaksa dan dapat diampuni, namun kita dapat diminta
pertanggungjawaban. Itu mungkin paling tidak dengan dua istilah kunci, kebebasan
dan tanggungjawab adalah dibutuhkan, hubungan antara keduanya belumlah jelas
dan berharap bawah penelitian dari pengampunan akan memberi kontribusi melalui
penjelasannya.
Begitu
banyak penelitian mengenai pengampunan, akan memberikan pencerahan dalam etika.
Tetapi ada juga alasan mengapa itu menjadi subjek metodologi yang menarik,
apalagi kita berjalan dari “bahasa sehari-hari” dengan membahas apa yang akan kita katakan ketika , dan
mengapa dan apakah kita harus mengartikannya. Mungkin metode ini, paling tidak
sebagai salah satu metode filosofis, tidak mungkin membutuhkan pembenaran pada
keberadaanya secara nyata, ada emas dalam bukit : lenih tepat menjadi sebuah
peringatan tentang perhatian dan membutuhkan ketelitian jika tidak menjadi
keburukan. Saya akan, meskipun, dengan alas an singkat.
Pertama,
kata adalah alat kita, dan sebagai paling rendah, kita harus menggunakan alat
yang bersih, : kita harus tahu apa yang kita maksud dan apa yang tidak, kita
harus mempersiapkan diri terhadap jebakan dari bahasa yang menjebak. Kedua ,
kata bukan fakta ato hal, karena itu hadiah dari dunia, untuk mempertahankan
mereka dari cerai berai dan menentangnya, sehingga kita dapat menyadari
kekurangannya dan kesewenang-wenangannya dan dapat melihat kembali pada dunia
dengan penutup mata. Ketiga, dan yang paling diiharapkan perbendaharaan kata
semua perbedaan yang ditemukan bernilai, dan hubungan yang ditemukan membuat
bernilai, pada setiap generasi kehidupan : ini pasti akan terdengar seperti
lebih masuk akal, setelah melalui uji coba dan lebih lebih halus, pada akhirnya
dalam keseharian dan alas an yang cukup praktis, daripada apa yang anda atau
saya pikirkan , metode alternative yang istimewa.
Dalam
pandangan yang wajar dari slogan “bahasa sehari-hari” dan “ilmu bahasa” atau
“analisis: filosofi atau “analisis bahasa”
satu hal membutuhkan penekanan khusus untuk menghindari kesalahpahaman.
Ketika kita membahas apa yang harus kita katakan ketika, kata apa yang harus
kita gunakan dalam suatu situasi, tidak lagi melihat pada kata-kata (atau
“pengertian” , apapun yang mungkin) tetapi juga pada kenyataan kita menggunakan
kata yang kita perbincangkan : menggunakan pengtehuan yang tajam tentang kata
untuk mempertajam persepsi kita, meskipun bukan sebagai penengah dari fenomena
yang terjadi. Untuk alasan ini saya rasa mungkin lebih baik menggunakan
,filosofis sebagai jalan, beberapa nama yang menyesatkan seperti yang diberikan
diatas misalnya “fenomena bahasa: hanya itu sedikit dibicarakan.
Menggunakan
metode seperti itu, lebih baik untuk menginverstigasi bidang bahasa
sehari-hari, sangat kaya dan halus, sepeti yang ditekankan dalam persoalan
pemaafan, tetapi pasti bukan itu masalahnya, adalah Waktu. Pada waktu yang sama
kita harus memilih bidang mana yang tidak membawa keedalam lumpur atau jalur
dengan filosofi tradisional, untuk kasus bahasa sehari-hari akan sering
ditulari logat khusus dari teori yang tidak lagi digunakan, dan dalam prasangka
kita, sebagai penegak pandangan teoritis, akan pasti digunakan. Disini juga,
bentuk pemaaf menjadi topic mengagumkan
: kita dapat membahas paling tidak kejanggalan, atau adanya pikiran, atau yang
tidak memperhatikan bahkan tanpa diminta , tanpa mengingay apa yang KANT
pikirkan, dan berkembang sesuai tingkatnya bahkan untuk mendiskusikan
pertimbangan tanpa sekali mengingat Aristoteles atau control diri tanpa Plato. Subjek
ini sudah ditegaskan, berdekatan, sejalan, atau berhubungan dengan suatu jalan untuk beberapa isitilah
buruk dalam permalasahan filosofi, kemudian dengan dua syarat yang dibutuhkan
ini, kita akan yakin dengan apa yang kita cari : sisi yang baik dalam bidang
filosofi. Kita akhirnya dapat mencairkan, melonggarkan dan menyetujui penemuan,
sekalipun kecil, dalam menyetujui bagaimana mencapai kesepakatan. Bagaimana
diharapkan bidang yang sama akan
dilakukan, pendapat estetis : jika kita dapat melupakan sejenak tentang
keindahan dan menuliskan yang kecil dan yang buruk.
Ada
yang saya tahu atau saya pikir menjadi rintangan dalam filosofi ilmu
bahasa, yang tidak sangat akrab dengan
itu, terkadang tanpa keceriaan,
keringanan, menakutkan. Tetapi dengan rintangan, seusatu dilakukan untuk
memahami dan mencapainya. Saya akan menyebut dua hal khusus, dimana kajian
tentang pengampunan akan membantu kita member semangat. Pertama adalah
rintangan dari penggunaan bebas (atau perbedaan atau alternative) ; dan yang
kedua inti dari kata yang terakhir. Apakah kita semua mengatakan yang sama, dan
hanya yang sama pada situasi yang sama? Jangan gunakan pertentangan? Dan
mengapa kita biasa mengatakan hanya atau yang terbaik atau yang terakhir untuk
meletakkannya? Mengapa itu menjadi nyata?
Baiklah,
orang-orang menggunakan banyak variasi, dan kita berbicara berbeda, dan kita
mengatakan hal berbeda. Tetapi pertama, hampir tidak seperti yang kita pikirkan.
Ketika kita kembali ke permasalahan, itu berlangsung dalam mayoritas yang hebat
seperti yang kita bayangkan yang ingin kita katakana suatu perbedaan dan dalam
keadaan yang sama adalah tidak seperti itu , kita membayangkan bahwa situasi
berbeda : yang mana mudah untuk dilakukan, karena tentu saja tidak ada situasi
( seperti situasi yang kita harapkan) adalah sesuai yang kita gambarkan.
Semakin kita membayangkan rincian keadaan, dengan latar belakang cerita dan
nilai yang istimewa atau terkadang, membosankan berarti mendorong dan
menetertibkan pemikiran yang buruk, dan sisanya kita menemukan kita tidak
setuju mengenai apa yang harus kita katakana. Meskipun demikian, kita akhirnya
tidak setuju : terkadang kita membiarkan penggunaanya meskipun mengerikan,
belum aktual terkadang kita harus benar-benar menggunakan salah satu atau keduanya dari
perbedaan pemahaman. Tetapi mengapa ini harus menakuti kita? Semua yang terjadi
dapat dijelaskan. Jika pembantahan dilakukan, maka kamu menggunakan X dimana
saya menggunakan Y atau mungkin paham pemikiran anda berbeda dengan saya
meskipun sangat mungkin paling tidak
sama bersesuaian dan kuat : secara singkat kita dapat mengetahui mengapa
kita berlawanan, anda memilih dengan cara berbeda dan saya dengan cara lain
juga. Jika pemakaiannya tidak jelas, kita dapat memahami kecondongan yang
mengarahkan kearah itu, dan perbedaan yang membuat itu kabur: jika ada cara
lain menggambarkannya, maka keadaan dapat menggambarkan atau disusun dengan dua
cara , atau mungkin ini salah satu mencapai tujuan, dua alternative digunakan
dengan satu tujuan. Pertentangan yang kita bicarakan bukan untuk menghindar
tapi untuk memberi penjelasan dapat membuat gagal untuk memberi gambaran yang
jelas. Jika kita menyoroti elektron yang berputar dengan jalur yang salah, itu
adalah sebuah penemuan, sebuah tanda untuk diikuti, sebuah bukti yang sama,
benar-benar kabur, pembiacaraan aneh adalah percobaan langka untuk dihargai.
Sebagai
latihan untuk pembelajaran untuk menangani momok ini, untuk mempelajari judul
penting, kita hampir tidak mungkin berharap lebih pada latihan yang menjanjikan
lebih daripada kajian tentang pengampunan. Secara pasti ini hanya semacam
keadaan dimana seseorang akan berkata “hamper semuanya”, karena mereka kebingungan, atau kuatir untuk
terhindar “itu adalah kesalahan”, “itu adalah kecelakaan” bagaimana segera ini dapat memunculkan perbedaan sekalipun digunakan secara bersama.
Segera satu atau dua cerita , dan semua orang tidak hanya akan setuju bahwa
mereka sepenuhnya berbeda, tetapi jika diketahui diri sendiri apa yang
membedakan dan yang masing-masing
dimaksudkan.
Kemudian
untuk pernyataan terakhir, bahasa sehari-hari tidak dituntut menjadi pernyataan
terakhir, jika ada hal demikian. Perwujudan, sesungguhnya, sesuatu lebih baik
daripada .metafisika pada jaman batu,
dikatakan seperti yang saya maksud, warisan pengalaman dan kecerdasan dari
berbagai generasi. Tetapi kemudian kecerdasan telah difokuskan untuk kehidupan
bisnis. Jika perbedaan bekerja dengan baik utuk tujuan berguna dalam kehidupan
sehari-hari ( tidak berarti perbuatan, bahkan untuk kehidupan sehari-hari yang
penuh hal sulit) kemudian ada hal pasti untuk menjadi sesuatu, itu akan tidak
berarti apa-apa : segera ini seperti cukup menjadi jalan yang tidak baik untuk
menyusun sesuatu jika ketertarikan adalah lebih luas dan intelek dari biasanya.
Dan lagi , pengalaman itu yang berasal dari sumber yang memungkinkan untuk
orang biasa diseluruh sejarah : itu tidak dikembangkan dari sumber terkecil dan
penerusnya. Dan harus ditambahkan juga, takhayul dan kesesatan dan khayalan
dari segala sesuatu menjadi satu dengan bahasa sehari-hari dan bahkan terkadang
dipertahankan untuk uji ketahanan (hanya ketika mereka melakukannya, mengapa
kita harus menemukanny?) . Pasti bahasa sehar-hari bukan pernyataan terakhir :
dalam kaidah dapat dimana saja ditambah dan dikembangkan dan digantikan. Tapi
ingat, apakah ini pernyataan terakhir?
Untuk
masalah ini juga, bidang pengampunan adalah bermanfaat. Ini masalah yang
keduanya dikemukan dan penting dipelajari untuk semua orang, jadi bahasa biasa
ada dibawahnya, dan juga dibelakangnya seperti kutu besar menggigit , untuk
membentuk hokum, dan keduanya lagi telah mengundang perhatian dan berkembang
dengan baik., dalam bentuk ilmu jiwa. Dalam hukum aliran tetap tentang kasus
sebenarnya, lebih aneh dan lebih berliku daripada imaginasi belaka yang dapatdirancang.
Menjadi keputusan rumus untuk acara pengadilan harus entah bagaimana ditemukan.
Karenanya pertama perlu untuk lebih hati-hati, tetapi juga kasar, untuk
memalsukan, mengesampingkan bahasa biasa :
kita tidak dapat menghindari atau melupakan seluruh peristiwa. (dalam
kehidupan sehari-hari kita menghilangkan misteri yang muncul dengan waktu,
tetapi melakukannya tanpa batas). Ilmu jiwa menghasilkan peristiwa roman,
tetapi juga menghasilkan metode baru untuk membawa fenomena dibawah penelitian
dan pembelajaran : lebih dari itu tidak seperti hukum, itu memiliki
ketidakberpihakan dan penekanan dalam putusan. Oleh karena itu tambahan khusus
dan tetap, untuk memperbaiki dan menggantikan klasifikasi dari kehidupan biasa
dan hukum. Kita memiliki, kemudian, bahan cukup untuk pembelajaran untuk
menangani pernyataan terakhir yang banyak, bagaimanapun itu harus ditangani.
Seharusnya
saat kita menyusun penyelidikan tentang
pengampunan, metode apa dan sumber apa yang disediakan? Objek kita adalah
membayangkan keadaanya yang beragam yang membuat pengampunan, dan untuk
memperhatikan pernyataan yang digunakan. Jika kita memiliki imajinasi,berharap
bersama dengan pengalaman yang cukup tentang kelalaian, kita akan semakin jauh,
kita hanya memerlukan system : saya tidak tahu berapa banyak hal bodoh yang
kamu lakukan. Sangat dianjurkan untuk menggunakan bantuan yang sistematis,
paling tidak ada tiga. Saya membuat daftarnya disini untuk tersedianya bagi
orang awam.
Pertama
kita dapat menggunakan kamus, akan lebih singkat, tetapi penggunaannya harus
teliti. Dua cara dianjurkan, sedikit membosankan tapi akan terbayar. Satu cara
dengan membaca seluruh buku, membuat daftar kata-kata yang berkaitan ; ini tidak akan memakan banyak waktu seperti
yang kita perkirakan. Yang lain adalah memulai dengan seleksi luas dari istilah
yang berhubungan jelas, dan memeriksa kamus, akan ditemukan tentang setiap
penjelasan yang beraneka ragam, jumlah isitilah yang tidak terduga terjadi, yang
berhubungan meskipun tentu tidak selalu memiliki arti. Ketika kita melihat
setiapnya, membawa banyak pengertian pada setiap kasus, dan ketika sedikit
melanjutkan, akan selalu ditemukan perputaran hubungan akan menjadi tertutup.
Sampai akhirnya menjadi sempurna dan kita hanya pada pengulangan. Metode ini
memiliki keuntungan mengelompokkan istilah menjadi kelompok yang mudah. Tetapi
tentu saja hasil yang diharapkan tergantung pengelompokan awal yang teliti.
Bekerja
dengan kamus, sangat menarik untuk menemukan keuntungan yang besar dari
isitilah berhubungan dengan pembuktian pengampunan menjadi kata keterangan,
sebuah bentuk kata yang tidak dinikmati sebagian besar perhatian filosofis
sebagi kata benda, substantive atau kata sifat, dan kata kerja : ini alami
karena seperti dikatakan sebelumnya pengampunan pada umumnya bahwa saya
melakukannya tapi dengan hanya sebuah cara tidak mutalak seperti itu, yaitu
kata kerja membutuhkan pembaharuan. Disamping kata keterangan, bagaimanapun ada
kata lain dari semua jenis, termasuk banyaknya kata benda abstrak,
“kesalahpahaman” “kebetulan” “maksud” dan sejenisnya dan sedikit kata kerja
juga, yang sering memegang peran penting untuk mengelompokkan pengampunan
kedalam kelas-kelas pada level tinggi (“tidak dapat membantu” “tidak bermaksud
untuk” tidak menyadari” atau “berniat” “mencoba”) . Dalam hubungan dengan kata
benda kelas lain yang terbengkalai dari kata-kata adalah menonjol yaitu kata
perangkai. Tidak hanya menjadi masalah besar kata perangkai yang sering
beberapa digunakan dengan kata benda, tetapi lebih lanjut kata perangkai berhak
mendapat nilainya sendiri. Untuk pertanyaan dianjurkan, mengapa kata benda
dalan satu kelompok dikendalikan oleh “dibawah” dengan lainnya”dalam” yang
lainnya “oleh” atau “melalui” atau “dari” atau “untuk” atau “dengan” dan selanjutnya.
Sumber
buku kedua kita secara alami adalah hukum. Ini akan memberikan keanekaragaman
luas pada setiap kasus, dan juga daftar berguna tentang mengenal permohonan
maaf, bersama dengan kesepakatan baik dari analisis tajam dari keduanya. Tidak
ada satupun yang mencoba sumber ini akan lama dalam keraguan, saya pikir, bahwa
common law, dan kesalahan hukum tertentu merupakan gudang yang kaya; kejahatan
dan perjanjian memberikan tambahan khusus, tetapi kesalahan sama sekali lebih lengkap
dan fleksibel. Tetapi bahkan disini, dan tetap dengan pendapat lama dari
pengacara dan putusan dari hakim : harus selalu diingat dalam masalah hukum,
(1) ada syarat utama saat keputusan diambil, dan putusan hitam dan putih yang
relative, bersalah atau tidak bersalah bagi tergugat atau untuk terdakwa (2)
ada syarat umum dimana perbuatan dan pembelaan utama dibawa dalam satu atau
yang lain dalam rangkaian riwayat yang akan diterima di pengadilan (ini
meskipun adil, tetapi sedikit klise jika
diperbandingkan dengan gugatan dan pembelaan dari kehidupan sehari-hari. Selain
itu banyak pendapat tidak pantas menurut hukum, karena terlalu sepele, atau
diluar itu, karena terlalu moral sebagai contohnya, tidak diperhatikan) (3)
syarat umum dimana kita membantah dan kita tunduk dan sesuatu yang kita ikuti (
nilai ini dalam hukum dipertanyakan, tetapi secara pasti dapat membawa kepada
penyimpangan dari keyakinan dan pernyataan). Untuk alas an seperti ini, jelas
dekat berhubungan dan berasal dari fungsi hukum secara alami, berlatih
pengacara dan hakim adalah tidak berarti sangat cermat seperti mereka inginkan
untuk diberikan kepada pernyataan , arti dan penerapannya. Ada pembelaan khuhs
dan penghindaran, peregangan dan kesulitan , disamping penemuan dari ungkapan
teknis, atau kesadaran teknis untuk ungkapan umum. Meskipun demikian, ini terus
menerus dan bermanfaat untuk menemukan seberapa besar yang dipelajari dari
hukum ; dan ditambakan jika ada perbedaan, walaupun tidak diakui dalam hukum,
seorang pengacara mengandalkan memperhatikan ini, untuk itu mungkin berbahaya
atau tidak, jika tidak melakukan mungkin lawannya akan melakukan.
Akhirnya,
sumber ketiga adalah psikologi, yang saya masukkan sebagai ilmu seperti
antropologi dan perilaku hewan. Disni saya berbicara dengan kegemparan daripada
hukum. Tetapi paling tidak ini menjadi jelas, bahwa beberapa jenis perilaku,
beberapa cara dari perbuatan atu penjelasan dari melakukan perbuatan adalah
dilihat dan dikelompokkan dimana belum di teliti dan dinamai oleh manusia dan
dianggap keramat oleh bahasa biasa, meskipun berharap mungkin sering sehingga
jika mereka lebih penting berguna. Ada bahaya nyata dalam prokem psikologi,
paling tidak ketika dipakai sebagai pelengkap, dan paling tidak terkadang
ketika ditetapkan untuk menggantikan, dari bahasa sehari-hari.
Dengan
sumber ini, dan dengan bantuan imajinasi, ini akan menjadi sulti jika kita
tidak dapat sampai pada arti dari banyaknya ekspresi dan pemahaman dan
pengelompokan dari banyaknya perbuatan. Kemudian kita harus memahami jelas,
sebelum, kita membuat suatu maksud khusus. Pengertian saya akan tambahkan,
penjelasan pengertian, harus berdiri diatas diantara tujuan kita : ini tidak
cukup untuk menunjukkan seberapa pintar kita dengan menunjukkan bagaimana
mengaburkan semuanya. Kejelasan yang saya tahu, sudah dikatakan cukup : tetapi
mungkin akan waktunya untuk masuk kedalam ketikan kita dengan jarak terukur
dari pencapaian terukut dari suatu permasalahan.
Begitu
banyak yang berbicara. Ini tinggal membuat sedikit perhatian, tidak. Saya
takut, dalam semua perintah yang jelas tentang tipe dari hasil yang signifikan
untuk diperoleh dan pelajaran umum untuk dipelajari dari ilmu tentang
pengampunan.
1.
Tidak ada perubahan tanpa penyimpangan. Ketika ini dimulai dimana X melakukan
A, disana ada bujukan untuk menduga diberikan beberapa, jelas mungkin beberapa,
pernyataan merubah kata kerja kita akan memasukkan salah satu judul atatu
lawannya atau penolakan dalam pernyataan kita; kita harus member judul untuk
bertanya khusus,”apakah X melakukan A Mly atau bukan Mly?” (misalnya : apakah X
membunuh Y dengan sengaja atau tidak sengaja?”) dan untuk menjawab satu atau
yang lainnya. Atau sebagai yang terendah seharusnya jika X melakukan A paling
tidak ada satu tanda yang dapat menjadi pembenaran dan keterangan, dimasukkan
dengan kata kerja. Dalam suatu kasus umum dari mayoritas besar penggunaan kata
kerja (“pembunuhan” mungkin ini bukan mayoritas) suatu anggapan yang sedikit
tidak tepat. Ekonomi alami dari bahasa yang menentukan sebagai kasus standard
ditemukan oleh beberapa kata kerja normal, mungkin sebuah tanda seperti
“pembunuhan” tetapi sebuah kata kerja seperti “mmenendang” atau “kroket” tidak
ada perubahan ekspresi dibutuhkan atau bahkan diperbolehkan. Hanya jika kita
melakukan perbuatan bernama dalam cara khusus atau keadaan, berbeda dari
seperti perilaku yang alami dilakukan (dan tentu saja keduanya normal dan tidak
normal berbeda menurut kata kerja yang berhubungan dengan pertanyaan), itu
dinamakan perubahan ekspresi , atau bahkan dalam perintah. Saya duduk di kursi,
dalam cara yang biasa baik saya duduk dengan sengaja atau saya melakukannya
tidak dengan sengaja, belum sengaja duduk atau dari kebiasaan atau apa yang
kamu inginkan. Ini adalah waktu tidur, saya sendirian, saya menguap,: tetapi
saya menguap secara sengaja ( atau tidak sengaja) atau belum sengaja. Untuk
menguap apakah diperbolehkan atau tidak diperbolehkan.
2.
Pembatasan penerapan. Ungkapan merubah kata kerja, kata keterangan khusus,
memiliki batasan dari penerapannya. Itu memberikan keterangan dari pengampunan,
seperti “tanpa disadari” spontanitas” atau “dengan gerakan hati”. Itu tidak akan
ditemukan bahwa itu membuat pengertian yang baik yang melekatkannya kepada
setiap kata kerja dari “perbuatan” dalam setiap konteks : sesungguhnya akan
sering diterapkan hanya untuk jarak yang relatis sempit dari kata kerja.
Sesuatu pemuda itu berbalik mengajukan banding kepadanya, dia melemparkan batu
secara spontan? Yang menarik adalah menemukan kenapa beberapa perbuatan dapat
diampuni dalam cara khusus tetapi tidak yang lainnya, mungkin khusus yang
terakhir. Ini akan menjelaskan secara luas pengertian dari pengampunan, dan
pada saat yang sama akan menjelaskan karakteristik khusus dari kelompok
“perbuatan” , sangat sering juga akan member titik terang dari beberapa
perincian dari pelengkap dari perbuatan pada umumnya atau dalam standard
perbutan yang dapat diterima. Ini penting sekali dalam kasus dari beberapa istilah
yang diminati dari ahli filosofi atau ahli hukum untuk merealisasikan paling
tidak bahasa umum (mengabaikan kembali logat khusus) tidak digunakan secara
universal atau bersifat dikotomi. Sebagai contoh “sengaja” ataupun “tidak
sengaja” kita dapat bergabung dengan pasukan atau sengaja memberi hadiah , kita
dapat cegukan atau membuat sedikit sikap tidak sengaja, dan untuk
mempertimbangkan langkah lebih lanjut dimana kita secara alami dikatakan untuk
dengan salah satu cara ini, yang lebih dibatasi dan tidak serupa masing-masing
menjadi dua golongan, sampai ketika kita meragukan meskipun ada beberapa kata
kerja dimana kedua kata keterangan diletakkan ditempat yang sama. Mungkin ada
beberapa ilusi, sebuah pengecualian yang jelas dimana nyata membuktikan
peraturan tersebut. Mungkin ada beberapa yang seperti itu, tetapi paling tidak
beberapa ketika kita dapat memikirkan kita telah menemukan satu didalam
“istirahat sejenak” dengan sengaja, jika telah dilakukan, dikatakan, sebagai tindakan
pemiskinan diri dan saya mungkin dapat menguraikan ketidaksengajaan lainnya,
jika dikatakan saya membuat ketidaksengajaan dari bentuk kesengajaan, tindakan
khusus lainnya dari bentuk ketidaksengajaan.
3.
Pentingnya penyangkalan dan perlawanan. “kesengajaan” dan ketidaksengajaan”,
kemudian, adalah tidak berlawanan dalam pandangan singkat dimana mereka dibuat
dalam filosofi atau ilmu hukum. Yang berlawanan atau sebaliknya dari
kesengajaan mungkin dibawah paksaan atau kewajiban atau dipengaruhi; lawan dari
ketidaksengajaan mungkin adalah dengan sengaja atau dengan maksud atau yang
sama seperti itu. Perbedaan menunjukkan bahwa kesengajaan dan ketidaksengajaan
merskipun jelas mereka berhubungan, mengambil dari ketel berbeda. Pada umumnya
ini akan membayar kita untuk tidak mendapat apapun untuk menjamin atau sebagai
kejelasan tentang penyangkalan dan perlawanan. Itu bukan dibayar untuk
menganggap bahwa sebuah kata harus memiliki lawan kata, apakah itu kata positif
seperti “dengan sengaja: atau kata negatf seperti “kurang hati-hati”. Melainkan kita harus
mempertanyakan diri kita pertanyaan
seperti kenapa tidak ada penggunaan kata keterangan “kehati-hatian”. Untuk itu
semua tidak akan menganggap bahwa kata positif ada disekitar; umumnya kata negatif (terlihat) menandai kelainan
(positif) sementara kata positif jika itu ada, hanya disajikan untuk mengatur petunjuk tentang kelainan tersebut. Ini cukup
alamiah, dalam pandangan seperti yang saya katakana diatas, untuk kata positif
tidak akan ditemukan dalam beberapa kasus. Saya melakukan suatu tindakan A1
(berpendapat, menghancurkan gerakan lambat) dengan sengaja jika dalam
pelaksanaan diartikan pergerakan bagian tubuh beberapa tindakan lain A2
(berpendapat, dalam berjalan menelusuri jalan umum), saya gagal mempelajari
secara cermat pengawasan pergerakan program tersebut seperti yang dibutuhkan
untuk memastikan bahwa mereka tidak membawa kepada yang tidak baik (disini,
dampak dari bergerak lambat), melalui pernyataan bahwa tindakan A1 adalah
kesengajaan, dimana kita mengartikannya seperti itu, dalam tingkatan khusus
ini, dalam tingakatan keadaan kebetulan dimana harus terjadi dalam melakukan
suatu tindakan fisik. Untuk mengangkat tindakan ini keluar dari golongan, kita
membutuhkan dan menguasai ekspresi “tidak….dengan sengaja” : “tidak sengaja”
jika digunakan untuk tujuan ini, akan menyarankan jika tindakan tersebut bukan
dilakuakn dengan sengaja, maka itu dilakukan dengan memperhatikan apa yang saya
dilakukan, dimana jauh dari kasus yang seharusnya. (misalnya: jika saya
melakukannya dengan melamun), atau paling tidak ada sesuatu yang biasa dalam
melakukan sesuatu tidak dilakukan pada tingkatan yang sama sebagai
“kesengajaan” : dalam mengambil mentega dalam toples, saya melakukannya dengan
sengaja dan menjatuhkan cangkir, namun saya melakukannya melewati toples krim
dengan hati-hati ; pada tingkatan ini, dalam pengawasan rinci, apapun yang kita
lakukan, jika kita mau, ketidakhati-hatian, meskipun kita hanya menyebutnya
begitu, dan memang hanya menyebutnya sesuatu yang kita telah lakukan, jika ada
sesuatu yang tidak baik disana.
Hal
lebih lanjut dan menarik dan disebut istilah “negatif” adalah cara pembentukan
mereka.
4.
Pilihan dari perbuatan. Tidak hanya melakukan pernyataan keterangan menentukan
golongan dari perbuatan, juga menentukan perincian yang mendalam dari pilihan
dari perbuatan, atau masuk bagian mana dari melakukan perbuatan yang sah.
Sebagai contohnya tahapan dimana kita seharusnya memperlakukan beberapa
perbuatan dimana kita memulai, mungkin keseluruhan pergerakan atau cara bicara.
Didalam pelajaran dari melakukan suatu perbuatan nyata (membuat susunan) kita
harus memperhatikan apa yang kita lakukan dan sedikit berjaga dari bahaya yang
serupa : kita mungkin membutuhkan pertimbangan dan kebijaksanaan : kita harus
cukup berlatih mengendalikan keseluruhan bagian tubuh : kita harus
memperhatikan apa yang kita lakukan dan sedikit berjaga dari bahaya yang serupa
: kita mungkin membutuhkan untuk menggunakan dan seterusnya. Tidak
memperhatikan, tidak menjaga, pertimbangan yang salah, kekakuan, dan semua ini
dan yang lainnya adalah buruk (dengan alasan pembantu) dimana pengaruh satu
tingkatan dari pilihan perbuatan, tingkatan pelaksana, tingkatan dimana kita
menyianyiakan itu. Tetapi saya akan menyebut yang utama, terlalu sering
diabaikan, diterima oleh kepintaran hebat, juga pada pemikik prinsip-prinsip
yang baik (lima cara emas untuk mendapat kemenangan), dan menemukan sebuah
rencana dari perbuatan yang mengakibatkan bencana. Satu cara dimana ini dapat
terjadi adalah melalui kegagalan pada tingkatan dari menghargai situasi, itu
merupakan tingkatan dimana kita dibutuhkan untuk menunjukkan tingkat berpikir
kita yang baik kedalam suatu bentuk dibawah pikiran sedemikian dan dengan berat
yang sedemikian., itu persamaan prinsip yang baik dapat dibawa untuk menanggungnya
dengan baik, dalam suatu cara menghasilkan jawaban yang tepat . Juga dalam kenyataannya atau juga dalam
kehidupan masyarakat, dalam moral atau urusan praktis , kita dapat mengetahui
kenyataannya dan segera melihat kesalahan atau keanehannya, atau tidak secara
penuh mengakui atau menghargai sesuatu atau bahkan dalam kesalahpahaman total.
Banyak ungkapan dari pengampunan menandakan kegagalan pada tingkat kerumitan
ini, bahkan kesembronoan, kurang perhatian, banyak khayalan, adalah mungkin
masalah kegagalan dalam intelijensi atau perencanaan yang mungkin diduga, dan
masalah lainnya dari kegagalan untuk memahami keadaan. Sebuah pelajaran dari
E.M Forster dan kita melihat sesuatu
berbeda, segera mungkin kita mengetahui tidak ada dan adalah tidak lebih dan
tidak pintar.
5.
Standar dari penolakan. Merupakan karakteristik daro pengampunan untuk menjadi
penolakan : diberikan, saya harapkan hamper beberapa pengampunan, aka nada
kasus seperti itu atau seperti gravitasi dimana “kita tidak akan menerima” itu.
Ini menarik untuk mendeteksi standard dan undang-undang yang kita minta.
Tingkat pengawasan yang kita pelajari mengenai pengampunan dari setiap tidakan
tidak pernah terbatas, dan biasanya diharapkan jatuh mendekati batasan yang
cukup pasti (menurut perhatian dan kesigapan) dalam kasus mengenai perbuatan
dari tergolong umum, mungkin tentu saja kita sangat sulit membatasi perbedaan
dalam kasus yang berbeda-beda. Kita mungkin mengakui kita kurang hati-hati :
tetapi tidak seperti bayi dimana anda harus melihat untuk meletakkan kaki besar
anda. Tentu saja itu nyata, jika kamu suka tidak hati-hati : tetapi kata itu
merupakan sebuah pembelaan, dimana tidak akan diperbolehkan, karena
standarisasi. Dan jika kamu mencoba, kamu akan menganut pada standard yang
mengerikan dimana pernyataan akhirmu akan menjadi lebih buruk dari awalnya.
Atau lagi, kita menetapkan standar berbeda dan akan menerima perbedaan
pengampunan, dalam persoalan dari perbuatan yang diatur oleh pemerintah,
seperti ejaan, dan dimana kita diharapkan mendapat hak secara penuh, dari apa
yang kita perbuat dan kita lakukan untuk untuk sedikit penilaian terhadap
perbuatan : suatu ejaan salah mungkin
tidak sengaja, tetapi merupakan suatu petaka yang besar, mengayunkan pukulan
mungkin adalah kecelakaan tapi merupakan suatu ketidaksengajaan.
6.
Komplikasi, penguraian dan kesulitan. Sebuah keyakinan dalam perlawanan dan penguatan
dikotomi, diantara hal lain, kebutaan mengenai kombinasi dan penguraian dari
kata keterangan yang memungkinkan,
bahkan untuk fakta yang jelas dimana kita dapat bertindak seketika dalam impuls
dan kesengajaan, atau kita dapat melakukan suatu tindakan dengan sengaja dengan
yang tidak dengan kesengajaan, tetap memiliki sedikit tujuan. Kita berjalan
melalui jurang dan saya merasakan yang mendorong nadi berdetak dengan cepat,
saya menyarakankan melakukan : saya maksudkan pasti mendorongmu sampai
terbalik, dan mungkin bahkan memikirkan sedikit tipuan untuk mendapatkannya ;
segera bahkan kemudian saya tidak bertindak dengan sengaja, untuk yang tidak
saya lakukan (berhenti untuk) bertanya kepada diri saya sendiri apakah
melakukannya atau tidak melakukanya.
Ini
bernilai juga sebagai bantalan pikiran, aturan umum yang tidak harus kita
harapkan untuk menemukan judul sederhana untuk kasus yang rumit. Jika suatu
kesalahan atau meminta pengertian singkat tentang itu. Inilah bahasa ekonomi
alami bekerja : jika kata-kata telah tersedia untuk kasus yang sederhana memadai dalam kombinasi untuk menebak kasus
yang rumit, aka nada dibutuhkan alas an khusus sebelum sebuah kata khusus yang
baru ditemukan untuk kerumitan ini. Disamping itu, bagaimanapun penggunaan
bahasa, itu tidak akan pernah melawan semua masalah yang memungkinkan yang
mungkin timbul dan membutuhkan penjelasan : fakta lebih kaya daria perkataan.
7.
Regina v. Finney. Sering kompleksitas dan kerumitan pada sebuah kasus dapat
dipertimbangkan. Saya akan memilik kasus dari Regina v. Finney dalam kasus ini
ada dua moral : (1) Pengacara dan hakim
membuat banyak isitilah mengenai pengampunan, menggunakan beberapa yang mereka
pikirkan, dan bahkan menyatakan pendapatnya persamaan ketika mereka tidak sama
dan menunjukkannya sebagai alternative. (2) ini mungkin sulit untuk memastikan
tindakan apa yang disarankan pengacara atau hakim mungkin sebagai kualifikasi
apa itu ungkapan dari pengampunan. Pengetahuan hakim meliputi arah dari
paradigm dari kesalahan. Finney, menjadi terang, berdiri menjadi bukti utama
dari Ratu Inggris. Dia jelas pada setiap tindakannya , mental dan secara fisik
: dia menggunakan perbedaan, dan kebenaran, keterangan dalam hubungan dengan setiapnya
: dan dia membuat usaha untuk meredakannya.
8.
penguraian singkat dan luas juga. Ini akan berangkat tanpa mengatakan istilah
dari pengampunan adalah tidak berhubungan, dan itu masalah dimana kita
menggunakan : kita harus memadamkan kelalaian tidak hanya dari (menyelamatkan
bukti) seperti sebuah keselahan dan kecelakaan , tetapi dari tetangga terdekat,
ungkapan, penyimpangan atau ketidaksadaran pikiran. Dengan membayangan kasus
dengan kejelasan dan keseluruhan kita mungkin dapat untuk menentukan unkapan
mana yang tepat, dikatakan, perbuatan Miss Plimsoll secara tertulis, sangat
hati-hati, “DIARY” dalam bukum barunya: kita mungkin dapat memadamkan antara
penyimpang, belaka dan murni , kesalahan sederhana atau kelalaian. Segera saja
paling tidak ketika dalam keinginan, kita tidak hanya gagal pada kekakuan ini.
Lita bahkan menyamakan – saya sudah melihat itu terlaksana –“kelalaian” dengan
“dengan spontan” : meskipun dikatakan sebagai jalan pintas dalam mengartikan
kelalaian. Atau kita kehilangan control akan diri kita –bagian yang buruk untuk
menerawang
Ini
semua tidak cukup sebagai pembelajaran dari studi tentang pengampunan sebagai
objeknya.
9.
Ungkapan yang tepat dan tempatnya dalam kalimat. Ini tidak cukup, salah satu
sebagai kata “kunci” : pemberitahuan juga harus diambil dengan seluruhnya dan
bentuk tepat dari ungkapan yang digunakan. Dengan mempertimbangkan kesalahan,
kita dapat mempertimbangkan urutan “dengan kesalahan” “karena kesalahan”
“salah” “itu adalah kesalahan” disamping “keinginan” “tanpa keinginan” dan
sejenisnya. Variasi ungkapan ini mungkin berfungsi sedikit berbeda dan biasanya
terjadi atau mengapa kita harus membakar diri kita sendiri dengan lebih dari
satu dari itu.
Kehati-hatian
harus dipakai juga untuk mengamati posisi yang tepat dari keterangan ungkapan
dalam kalimat. Ini harus tentu saja menandakan kata kerja apa yang digunakan
untuk dirubah : tapi lebih dari itu, posisi itu dapat juga mempengaruhi arti
dari ungkapan. Misalnya cara untuk merubah kata kerja. Berhubungan, sebagai contoh
“
a1. dia canggung menginjak siput itu
a2.dengan canggung ia menginjak siput
itu
b1.dia menginjak dengan canggung
siput itu
b2.dia menginjak siput itu dengan
canggung
Ini,
dalam a1 dan a2 kita menebak dia menginjak mahluk itu dengan semua bagian dari
kecanggungan, incidental, kita artikan untuk perbuatannya dari tindakan lainnya
: tetapi dengan b1 dan b2 untuk menginjaknya dengan maksud. apa yang kita
kritisi adalah pelaksaan dari perbuatan. banyak keterangan, meskipun jauh dari
semuanya (tidak, sebagai contoh, “ dengan niat”) adalah digunakan dengan dua
bentuk berbeda .
10.
Raram dari perbuatan. dengan beberapa keterangan ,perbedaan antara dua arti
merujuk pada paragraph terakhir dibawa pada tahapan lebih lanjut “dia makan sup
dengan keinginannya” dapat diartikan seperti “dia dengan keinginannya memakan
sup” bahwa dia memakan sup itu dengan keinginannya
Komentar
Posting Komentar